Halaman

Kamis, 25 Desember 2014

FEATURE DETECTION

Feature detection atau sering juga disebut dengan pandemonium adalah suatu proses pengenalan stimulus melalui rangsangan visual. Teori feature detection adalah bahwa kita mempunyai sel-sel di dalam korteks pada penglihatan kita yang akan bekerja hanya pada respon-respon stimulus tertentu yang kita kenali. Teori integrasi future juga mengatakan bahwa oang-orang akan mampu mendeteksi adanya suatu fitur tanpa mengetahui fitur itu akan ditampilkan. Dengam demikian feature detection ini akan bekerja ketika mereka menerima input saat kita melihat suatu bentuk tertentu.
Pandemonium merupakan salah satu sistem atau metode dalam rekognisi pola (pattern recognition) yang menggunakan analisis tampang (feature analysis).Sistem ini merupakan salah satu cara untuk menggambarkan bagaimana terjadinya proses rekognisi (pengenalan kembali) atas pola-pola yang diindera oleh manusia.Sistem ini mengimajinasikan adanya serangkaian hantu (demon) yang berperan menganalisispola-pola yang diindera. Masing-masing demon memiliki tugas yang berbeda-beda ( Majorsy,2012)
Menurut Oliver Selfridge (1959) pandemonium yaitu sebuah paradigma untuk belajar untuk simposium pada mekanisasi proses pemikiran. Dimana pemerintah pusat menghipotesis bahwa surat-surat diidentifikasi melalui fitur fitur komponen. Pendekatan ini di kembangkan selama bertahun-tahun, tapi kunci untuk mendukungnya kurang lengkap. Penelitian terbaru telah dimulai untuk memberikan bukti penting yang mendukung fitur-based. Surat persepsi ini menggambarkan sifat dari fitur itu sendiri dan waktu perjalanan proses yang terlibat. Para peneliti yang pertama kali mempelajari tentang human pattern recognition dalam cara yang sistematis yang disebut Psikologi Gestalt dikarenakan keyakinan mereka bahwa keseluruhan persepsi dari suatu objek (atau gestalt) adalah lebih besar daripada jumlah dari bagian-bagian individual. Seorang psikolog kontemporer, Anne Treisman, sangat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana orang-orang mengenali pola-pola, bahkan hal duniawi, seperti papan reklame yang kita lihat setiap hari di pinggir jalan.Jackson (1987) memperpanjang model Selfridge, modelnya termasuk demon yang dapat menyebabkan tindakan di dunia eksternal (di luar kotak pandemonium) dan dapat bertindak atas demon lainnya.
Berdasarkan pada teori integrasi fitur, kita terkadang dapat memproses kesan pada papan reklame secara otomatis, dengan semua bagian-bagian dalam layar yang diproses pada waktu yang sama. Pada waktu yang berbeda kita memerlukan perhatian yang terfokus, dengan masing-masing item dalam layar yang diproses satu per satu (Treisman, 1988; Treisman & Gelade, 1980). Teori integrasi fitur mencakup dua tahap pengolahan: preattentive processing dan focused prosessing. Teori dari Treisman memperkirakan bahwa orang-orang harus fokus pada perhatian mereka akan stimulus sebelum mereka dapat mensintesis fitur-fitur tersebut ke dalam suatu pola. Sebuah fitur tunggal, bagaimanapun, dapat diterima tanpa fokus tersebut. Antara lain, teori ini menyarankan bahwa untuk mendapatkan efeksivitas yang maksimum, pengiklan seharusnya menjaga jumlah fitur yang berada pada papan reklame mereka secara minimal.
Teori integrasi fitur menunjukkan bahwa orang-orang akan mampu mendeteksi adanya satu fitur tanpa mengetahui dimana fitur itu akan ditampilkan. Hasil prediksi yang tidak biasa ini merupakan tahap preattentive prosessing dari Treisman. Selama tahap focused  prosessing, ketika orang-orang mencari suatu kombinasi dari dua atau lebih fitur yang diintegrasikan, mereka akan menyadari dimana fitur itu berada pada layar karena mereka memprosesnya dengan perhatian penuh. Dalam contoh papan reklame itu, fitur yang harus mereka integrasikan lebih sedikit, hanya sedikit perhatian yang mereka butuhkan untuk mengalokasikan pada layar.


JENIS-JENIS DEMON & TUGASNYA
Menurut Majorsy (2012) pandemonium dibagi beberapa jenis dan tugas-tugasnya adalah :
1.      Image Demon (ID)
Memiliki tugas yang paling sederhana, yaitu mencatat gambaran atau citra (image) sinyal eksternal.
2.      Feature Demon (FD)
Bertugas menganalisa. Masing-masing demon melihat ciri-ciri khusus pada pola, yaitu adanya garis-garis tertentu (misalnya: sudut, garis vertikal, garis horizontal, kurva).
3.      Cognitive Demon (CD)
Bertugas mengamati respon-respon dari feature demon (FD), bertanggung jawab mengenali pola. Setiap cognitive demon digunakan untuk mengenali satu pola (misalnya : satu CD mengenali A; satu CD mengenali B; dll). Bila suatu CD menemukan tampang (feature) yang cocok, maka demon tersebut berteriak. Bila demon lain menemukan kecocokan tampang (feature) yang lain, maka teriakan-teriakan menjadi lebih keras.
4.      Decision Demon (DD)

Bertugas mendengarkan hasil pandemonium dari cognitive demon (CD), lalu decision demon(DD) memilih teriakan CD yang berteriak paling keras sebagai pola yang paling besar kemungkinan terjadinya.

datar pustaka
Selfridge, O. G. (1959). Pandemonium: A Paradigm for Learning. In: Proceedings of the Symposium on Mechanisation of Thought Process : National Physics Laboratory.
Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2007). Psikologi kognitif: edisi
kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Jackson, J. V. (1987). Idea for a Mind Siggart Newsletter, 181:2326.
Franklin, S. (1995). Artificial Minds. Cambridge MA: MIT Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar